NYAMUK (Diptera: Culicidae) dipastikan lebih dulu ada di permukaan planet bumi daripada manusia. Menurut catatan Sugeng Juwono Mardihusodo (2003), dari Sub-Bagian Entomologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta disebutkan bahwa secara hipotetis, serangga yang tak bersayap telah ada dan berevolusi sejak era Paleozoikum, periode Silurian, antara 425 dan 405 juta tahun sebelum masehi (SM). Berdasarkan informasi dari Romoser WS (1981), serangga Endopterygota yang mengalami metamorfosis lengkap (halometabola) secara hipotetis telah ada dan berevolusi pada periode karboniferosa, antara 345 juta dan 280 juta SM, yang fosilnya tertua berumur antara 280 juta dan 230 juta tahun SM.
Jadi, memanglah
benar kalau ada orang yang mengatakan nyamuk itu ternyata cukup tua
umurnya di muka bumi. Fosil tertua nyamuk ditemukan di Pulau Isles,
kepulauan Inggris, berumur sekira 35 juta tahun (Horsfall WR; 1972).
Sekarang bandingkan dengan fosil tertua manusia (Homo sapiens)
yang pernah ditemukan orang yang hanya berumur sekira 1,5 juta tahun.
Artinya, jelas sekali kalau nyamuk itu lebih dahulu ada di bumi daripada
manusia.
Fenomena ini, tentu
ada keterkaitan antara tipe bagian mulut nyamuk dengan sumber bahan
pakannya. Pada awalnya, sumber pakan darah untuk nyamuk adalah berbagai
jenis binatang. Namun, belakangan dengan kehadiran manusia yang semakin
meningkat populasinya dan mobilitasnya pada berbagai habitat,
spesies-spesies nyamuk pun ada yang berasosiasi dengan manusia dalam
bermacam tingkat kedekatannya pada ekosistem yang sama. Makanya, tidak
aneh kalau saat ini sejumlah spesies nyamuk itu ada yang menjadi sangat
antropofilik (baca: menjadikan manusia di dekat habitatnya menjadi
sumber pakan darah utama).
Lebih jauh, kondisi
adanya manusia yang berasosiasi secara tidak sengaja dengan nyamuk yang
telah berubah perilakunya itu, kehidupan nyamuk menjadi terganggu. Hal
ini berdampak pada frekuensi gigitan nyamuk yang juga mengisap darah
manusia semakin tinggi, baik malam dan atau siang hari sejalan dengan
peningkatan populasi nyamuk itu sendiri yang juga meningkat.
Jadi, keberadaan sifat antropofilik nyamuk (terutama Culicinae dan Anophelinae)
itulah yang menimbulkan permasalahan kesehatan sejak awal kehidupan
manusia di berbagai zona geografis, khususnya di daerah tropis dan sub
tropis. Untuk itulah, setiap kita harus mampu untuk menyiasati nyamuk
agar tidak kontak dengan manusia. Lantas, bagaimana seharusnya cara kita
menyiasati nyamuk tersebut untuk tidak kontak dengan manusia?
Permasalahan
kesehatan yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas nyamuk itu sangat
beragam. Ada nyamuk yang terbang berputar-putar dekat telinga, tentu hal
ini sangat mengganggu dan menimbulkan kebisingan. Suara berdengung
nyamuk sangat mengganggu ketenangan istirahat.
Lalu, gigitan nyamuk
menimbulkan rasa sakit, nyeri, dan mungkin mengakibatkan reaksi alergi
kulit dengan peradangan (dermatitis alergik) yang serius pada yang
hipersensitif. Di sini, peristiwa yang membahayakan dalam kacamata
kesehatan lingkungan adalah nyamuk vektor penyakit yang menginokulasikan
berbagai jenis patogen (menyebabkan terjadinya penyakit) yang
berbahaya, seperti parasit malaria (plasmodium), virus (dengue, yellow fever, Japanese encephalitis), dan cacing filaria (Wuchereria, Brugia).
sumber: person's blog
0 komentar:
Posting Komentar